Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Ubi Jalar

Pengendalian dengan teknik budi daya meliputi penggantian atau modifikasi cara bercocok tanam yang secara langsung atau tidak langsung dapat menurunkan populasi atau memutus siklus hidup C. formicarius. Cara ini tidak mencemari lingkungan, relatif mudah dilaksanakan, dan kompatibel dengan pengendalian yang lain. Pergiliran tanaman merupakan cara budi daya yang dapatmencegah serangan kumbang C. formicarius.


Dianjurkan menanam ubi jalar hanya sekali dalam 5 tahun, mencegah menanam 2 tahun berturut-turut pada arealyang sama, atau menanam padi di antara dua pertanaman ubi jalar. Pada prinsipnya pergiliran tanaman bertujuan mematahkan siklus hidup C. formicarius. Tumpang sari ubi jalar dengan buncis, ketumbar, labu, lobak, adas,kacang hijau, dan kacang tanah juga dapat mencegah serangan hama tersebut. Retakan tanah merupakan jalan utama bagi hama untuk mencapai umbi dan akar untuk meletakkan telur. Umbi yang bertambah besar menyebabkan tanah menjadi retak.

Hama utama adalah boleng Cylas formicarius, penggerek batang Omphisa anastomasalis serta nematoda Meloidogyne sp.

Hama tersebut dapat dikendalikan secara terpadu dengan:
  • menggunakan varietas yang agak tahan. 
  • gunakan stek dari tanaman sehat. 
  • perlakukan stek dengan mencelupkan stek ke dalam larutan insektisida marshal dengan dosis sesuai
  • anjuran selama 2–3 menit.
  • pemberian Furadan 3G secara larikan 5–7 cm dari barisan tanaman.
  • pengairan yang cukup.
  • pembumbunan.
  • penangkapan serangga dewasa jantan dengan seks feromon, dan penyemprotan insektisida nabati yaitu ekstrak daun atau biji mimba (Azadirachta indica) dengan konsentrasi 4%. 
  • panen tepat waktu atau tidak terlambat akan mengurangi serangan hama.
  • rotasi tanaman.
Penyakit utama yang menyerang ubi jalar adalah Kudis (Scab)

Disebabkan oleh cendawan Sphaceloma batatas atau Elsinoe batatas. Patogen ini merupakan salah satu patogen  penting di daerah tropik dan dapat menurunkan hasil hingga 30% pada varietas yang rentan terhadap penyakit kudis. Kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang tinggi sangat mendukung perkembangan cendawan Shpaceloma batatas atau Elsinoe batatas. Sumber inokulum berasal dari stek yang sakit, umumnya tanaman ubijalar ini diperbayak dari stek, maka penyebaran cendawan ini sangat mudah. Penyakit dapat berkembang biak dalam cuaca sejuk pada suhu 13–27 oC.

Gejala kerusakan akibat kudis

Gejala spesifik tanaman yang terserang cendawan ini adalah berupa kudis pada daun dan batang. Awalnya gejala ini berbentuk bercak bundar sampai elips pada batang, pada serangan yang berat panjang bercak mencapai 1 cm. Pada tingkat selanjutnya daun berubah bentuk menjadi keriting atau berkerut dan tunas-tunas menjadi keriting atau berkerut dan tunas-tunas muda menjadi kerdil. Akibat serangan ini daun ubi jalar menjadi tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga menurunkan hasil.

Pengendalian Penyakit Kudis
  • Menanam varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit kudis.
  • Melakukan perbanyakan bibit dengan umbi dan pergiliran tanaman. 
  • Menanam ubi jalar dari klon campuran yang mempunyai daya hasil tinggi.
  • Menyempurnakan drainase dapa musim penghujan. 
  • Memberikan mulsa jerami pada bedeng-bedeng tanaman ubi jalar.
  • Menggunakan bibit ubi jalar yang berasal dari stek bebas penyakit.
  • Membersihkan sisa-sisa tanaman (sanitasi kebun).
  • Memangkas bagian tanaman yang sakit dan membakarnya.

No comments:

Post a Comment